Transformasi Audit, Blockchain Teknologi Utama?
Saat ini, sistem akuntansi terutama di bidang
audit masih dianggap berkembang lebih lambat dibandingkan dengan industri
lainnya karena di dalamnya ada persyaratan yang ketat terkait validitas dan integritas
para pekerjanya. Sistem akuntansi pada dasarnya didesain untuk mencegah
pemalsuan, dengan ketergantungan yang tinggi pada mekanisme checks and
balances. Proses dokumentasi dan pengendalian rutin dalam audit saat ini
masih sering dilakukan secara manual sehingga memerlukan banyak tenaga kerja. Hal ini membuat dunia
audit sebagai bagian dari sistem akuntansi terkesan kurang efektif dan efisien
dalam mengoperasikan tugasnya. Seiring dengan
perkembangan teknologi, revolusi terjadi dan mempengaruhi segala aspek
kehidupan, tak terkecuali dalam otomasi sistem akuntansi, khususnya pada bidang
audit. Audit merupakan proses yang sangat penting dalam memastikan
keberlanjutan dan kewajaran laporan keuangan suatu entitas dalam kegiatan
ekonomi yang bertujuan untuk memastikan bahwa entitas tersebut telah mematuhi
standar, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Perkembangan teknologi
pada era revolusi industri 4.0 saat ini mendorong proses audit juga harus
menyesuaikan sistem kerja kekinian yang berbasis digital dan mengolah data
dalam jumlah yang sangat besar. Konsep revolusi industri
4.0, pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015 di World Economic Forum,
di mana di dalamnya mencakup otomatisasi mesin tanpa keterlibatan manusia. Era revolusi 4.0 ini muncul ditandai dengan semakin
lazimnya istilah baru seperti big data, kecerdasan buatan (AI), internet
of things (IoT), dan rekayasa genetika. Selain itu, terdapat pula produk
khas dari revolusi industri 4.0 dalam bidang keuangan yaitu teknologi blockchain.
Tidak hanya menjadi buzzword di industri game dan mata uang
digital seperti bitcoin, blockchain kini menemukan pula ranahnya
dalam dunia audit keuangan. Blockchain for Dummies, yang ditulis oleh Manav Gupta, menjelaskan
bahwa blockchain awalnya dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
efektivitas, efisiensi, hemat biaya, dan keamanan dalam merekam transaksi
keuangan. Ide ini muncul pada 1991 melalui jurnal "How to Time Stamp a
Digital Document" oleh Stuart Haber dan W. Scott Stornetta. Blockchain
pertama kali digunakan pada bitcoin sekitar tahun 2009 oleh Satoshi
Nakamoto, membedakan dirinya dengan uang tradisional karena tidak memiliki
otoritas sentral dan menggunakan jaringan peer to peer. Block itu apa, dan chain itu siapa? Blockchain dipercaya
menjadi salah satu alat penyelamat bagi auditor dari ancaman keamanan data.
Mengapa demikian? Karena blockchain menggunakan konsep desentralisasi,
di mana data disimpan dalam blok terenkripsi dan terhubung satu sama lain
secara berurutan. Hal ini membuatnya sulit untuk dimanipulasi atau diretas.
Dengan menyusun transaksi keuangan dalam blok terkunci dan terhubung,
blockchain menciptakan benteng yang tidak mudah ditembus bagi para penyusup
dan penipu. Hal ini berarti, teknologi blockchain dapat menjadikan data
keuangan lebih aman bahkan daripada kunci pintu brankas bank. Maka dari itu,
rasanya pemanfaatan teknologi blockchain tidak optimal jika hanya
terbatas pada transaksi mata uang kripto, terlebih desainnya memberikan tingkat
keamanan dan kenyamanan yang dapat diaplikasikan dalam berbagai jenis
transaksi. Dalam era revolusi industri 4.0 yang didominasi
oleh teknologi digital, auditor perlu memiliki keterampilan baru agar dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang terus berkembang pesat. Auditor harus mampu mengajukan
pertanyaan, menganalisis, dan mengevaluasi bukti keuangan secara kritis. Tidak
berlebihan, auditor juga dapat memanfaatkan blockchain sebagai alat
verifikasi untuk transaksi yang tercatat dalam laporan keuangan. Sebagai
gantinya, auditor tidak perlu meminta laporan bank atau mengirim permintaan
konfirmasi kepada pihak ketiga. Mereka dapat dengan mudah memverifikasi
transaksi melalui buku besar dalam blockchain yang ada. Hal ini sangat
memungkinkan proses verifikasi otomatis yang efisien, sehingga dapat mengurangi
biaya dalam lingkup pelaksanaan audit. Jika proses pengauditan
dioptimalkan dengan memanfaatkan teknologi blockchain, lalu bagaimana
kelanjutan dari auditor sebagai profesi dalam dunia audit keuangan? Apakah
mereka akan tergantikan? Tentu saja tidak, implementasi teknologi blockchain
pada bidang profesi audit tidak akan menimbulkan dampak negatif. Sebaliknya,
teknologi ini akan berperan sebagai asisten bagi auditor, mempermudah tugas
mereka. Dengan mengadopsi teknologi blockchain, profesi audit akan
mencapai tingkat baru dengan proses yang otomatis dan peningkatan dalam
penggunaan analisis data. Auditor
perlu merangkul teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI), blockchain,
dan remote audit dalam melaksanakan tugas mereka. Penting bagi auditor
untuk memahami cara kerja teknologi seperti blockchain dan cara
pengaplikasiannya dalam bidang keuangan, serta memanfaatkan pembelajaran
teknologi mesin dan menganalisis data dalam proses audit. Apakah peran teknologi blockchain dalam
audit hanya sekadar membantu audit? Apa keunggulan lain dari teknologi blockchain
sebenarnya? Transparansi. Prinsip transparansi yang terdapat dalam teknologi blockchain
merupakan kelebihan lain dalam desain teknologi blockchain. Salah satu
penerapan yang telah dilakukan adalah dalam sistem pencatatan BPJS Kesehatan
untuk mengatasi berbagai bentuk penipuan, termasuk phantom fraud. Jenis penipuan ini melibatkan
pemalsuan transaksi seperti kunjungan pasien yang tidak benar, prosedur palsu,
atau pembayaran palsu. Implementasi desain blockchain membantu
mengurangi risiko penipuan dan memperkuat penanganan fraud secara
efektif. Setiap transaksi dalam
teknologi blockchain dicatat dalam buku besar terdistribusi yang dapat
diakses oleh setiap node, sehingga hal ini dapat menciptakan tingkat
transparansi dan akuntabilitas tinggi karena setiap perubahan terlihat oleh
seluruh jaringan. Selain itu, dalam teknologi blockchain setelah data
dimasukkan ke dalam blok, sulit untuk dimodifikasi atau diubah, sehingga dapat
memberikan keamanan terhadap perubahan atau penghapusan yang tidak sah,
khususnya dalam konteks keuangan dan kontrak.
Sebagai kesimpulan, melalui penerapaan
teknologi blockchain dalam proses audit, kita dapat mengamati
peningkatan signifikan dalam efisiensi, kecepatan, dan keandalan audit. Selain
itu, penerapan teknologi ini dapat memberikan kepercayaan yang lebih besar
kepada para pemangku kepentingan terkait keberlanjutan dan integritas laporan
keuangan suatu entitas. Sebagai teknologi yang terus berkembang, blockchain berpotensi
untuk membentuk masa depan cerah di bidang audit yang lebih canggih dan aman.