? Bintaro, Tangerang Selatan
Mengenal Lebih Dekat Continous Audit

Mengenal Lebih Dekat Continous Audit

Revolusi Industri 4.0 adalah era yang mengedepankan inovasi pada bidang teknologi. Revolusi 4.0 terjadi sangat cepat dan menimbulkan dampak pada perubahan model bisnis. Model bisnis saat ini merupakan kombinasi dari cyber-physical system dan Internet of Things (IoT) yang membuat machine learning menjadi semakin pintar. Elemen revolusi industri menekankan pada digitalisasi semua proses bisnis dan big data. Integrasi teknologi dan digitalisasi mesti dimanfaatkan entitas untuk meningkatkan level manajemen guna mendukung skema operasi bisnis yang tepat. Perkembangan teknologi dan digitalisasi juga mendorong sistem informasi akuntansi yang biasanya dilakukan secara konvensional, saat ini dapat dilakukan dengan bantuan machine learning sehingga mengurangi kesalahan pengolahan data. Kemajuan teknologi ini kemudian mampu mempengaruhi proses akuntansi, termasuk pada proses audit.

Audit konvensional dalam praktiknya membutuhkan waktu yang cukup lama dan besar peluang terdapat kesalahan. Hal tersebut membuat proses audit sering kali berjalan kurang efektif dan efisien. Oleh karena itu, diperlukan penerapan teknologi informasi sehingga pengumpulan bukti audit dapat dipertanggungjawabkan dan lebih relevan. Pendekatan audit yang baik dengan mengombinasikan IoT memungkinkan auditor untuk memeriksa entitas dengan lebih efektif dan efisien. Terlebih, era saat ini membuat auditor harus berurusan dengan besaran dan aliran data entitas yang tidak pernah terputus sehingga memerlukan teknik audit yang berkesinambungan.

Continuous audit merupakan audit yang berkesinambungan dengan cara mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit secara terus-menerus, bukan hanya pada satu titik waktu. Continuous audit bertujuan untuk mengumpulkan data dan analisis secara real-time, sehingga auditor dapat memberikan keyakinan yang lebih cepat dan akurat kepada pengguna informasi. Secara keseluruhan, konsep continuous audit terdiri atas 1) Continuous monitoring yang artinya menjelaskan mekanisme yang mengawasi apakah sistem transaksi telah dilakukan dengan tepat atau sesuai dengan yang ditentukan; 2) Continuous auditing, artinya auditor perlu mengumpulkan bukti audit pada sistem dan transaksi yang terjadi secara berkesinambungan dalam satu periode tertentu; serta 3) Continuous assurance yaitu memberikan jaminan opini auditor secara berkelanjutan bahwa pengendalian beroperasi dengan maksimal atau memuaskan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa continuous audit merupakan sistem berbasis integrasi digital dan teknologi yang diawali oleh monitoring secara berkelanjutan, kemudian akan menghasilkan suatu jaminan berkelanjutan bagi stakeholder. 

Proses dalam continuous audit tidak jauh berbeda dengan proses audit pada umumnya. Proses dimaksud dijelaskan sebagai berikut.

1)      Identifikasi

Tahap identifikasi akan menentukan rutinitas audit dan melakukan validasi pada analisis periode sebelumnya. Tahap ini juga disertai dengan penyiapan elemen objective audit, audit technique, dan audit plan.

2)      Perencanaan

Tahap perencanaan pelaksanaan audit meliputi perancangan periode audit, proses, jenis audit, orang yang bertanggung jawab dalam audit. Hasil akhir tahap ini dapat terdiri atas unsur process activity, audit period, audit scope, audit type, audit criterion dan audit responsibilities.

3)      Penyesuaian

Tahap penyesuaian bukti audit didasarkan pada ketentuan yang telah diterapkan dalam rencana audit. Tahap ini ditandai dengan adanya unsut conformity, audit criterion, dan document analysis.

4)      Pelaporan

Pelaporan berguna sebagai alat komunikasi bukti audit dan penyajian hasil audit kepada stakeholder. Dengan demikian, stakeholder dapat mengetahui temuan pada proses audit dan menjadikannya sebagai bahan evaluasi ke depan.

Melalui implementasi continuous audit ini, proses uji pengendalian internal serta uji substantif dapat dilakukan secara bersamaan dan realtime sehingga bukti yang dihasilkan meliputi kinerja dan kualitas serta kredibilitas. Penggunaan continuous audit dapat memberikan keuntungan berupa efisiensi waktu dalam proses audit, jumlah sampel yang diuji lebih besar dan banyak, pendekatan pilihan proses audit lebih variatif, monitoring dilakukan secara terus menerus dan real time, penilaian lebih berkualitas terkait informasi keuangan, serta dapat mencegah tindakan penipuan hingga manipulasi data keuangan.

Namun demikian, terdapat pula kendala dalam continuous audit. Kendala continuous audit terbagi menjadi tiga kelompok yaitu teknologi, proses, dan anggota. Dalam hal teknologi, sistem continuous audit sering kali tidak kompeten sehingga menyebabkan proses audit butuh waktu lebih lama dan tidak terintegrasi. Kendala teknologi ini juga membuat biaya yang lebih besar sehingga keterbatasan finansial dapat menghambat implementasi continuous audit. Selain itu, penggunaan teknologi baru juga membutuhkan pembaruan kompetensi sehingga auditor didorong untuk beradaptasi dan memiliki kemampuan terkait teknologi informasi.

Kemudian kendala proses continuous audit dapat berbentuk jarak waktu antara proses konsolidasi dan proses penutupan yang relatif pendek. Permasalahan lain yang ditimbulkan dari tidak kuatnya proses dokumentasi transaksi menjadikan proses audit lebih sebagai sebuah proses pemenuhan dokumen daripada proses review dokumen. Selang waktu yang relatif pendek antara konsolidasi dan penutupan juga diakibatkan oleh proses yang melibatkan banyak resources dan proses analisis serta estimasi beberapa akun akrual yang relatif lama. Adapun kendala partner adalah minimnya sumber daya serta adanya keterbatasan waktu. Hal tersebut berkaitan dengan dibutuhkannya komponen finansial dalam ketersediaan infrastruktur dan kemampuan dari para anggota. Keterbatasan waktu dalam menyiapkan dan menghasilkan informasi tujuan pelaporan laba kepada investor menjadi lebih prioritas dibandingkan dengan output laporan keuangan yang telah diaudit.

Dengan demikian, continuous audit memiliki banyak keunggulan namun tidak terlepas dari kendala dalam implementasinya. Teknologi yang berkembang saat ini perlu dipastikan kembali dapat mengatasi masalah kompetensi dan universalitas yang dapat menghambat proses continuous audit. Kemampuan auditor dalam penguasaan teknologi informasi menjadi krusial untuk meningkatkan kepercayaan publik melalui penerbitan opini yang andal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *