Bagaimana Kecerdasan Buatan Mengubah Cara Auditor Bekerja
Di tengah
pesatnya perkembangan teknologi, dunia audit ikut dituntut untuk bermetamorfosis
menjadi lebih inovatif dalam memanfaatkan teknologi dan meningkatkan kualitas
hasil audit. Kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang sebelumnya
hanya sebuah metafora, telah menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar eksistensi
virtual. Keberadaan kecerdasan buatan dapat membantu auditor untuk meningkatkan
efisiensi dan akurasi dari hasil audit. Bagaimana kecerdasan buatan dapat
mengubah cara auditor bekerja? Bagaimana teknologi ini dapat meningkatkan
efisiensi, mendeteksi risiko keuangan lebih cepat, dan memberikan hasil audit
yang lebih akurat?
Menurut PSAK,
audit adalah suatu proses evaluasi sistematik atas laporan keuangan dari suatu
entitas, yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran dari laporan tersebut dan
hasil akhirnya diberikan kepada yang berkepentingan. Proses audit bertujuan
untuk memastikan bahwa semua laporan dilakukan dengan benar dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pada sebuah organisasi yang terdiri dari banyak pihak,
penting untuk memeriksa keakuratan pembukuan yang ada, demi terciptanya
pengelolaan keuangan dan sumber daya yang optimal.
Audit telah berkembang dan mengikuti perubahan sejak 3000
tahun sebelum masehi. Pada awal mulanya, auditor bekerja untuk menghitung
barang-barang di ruang penyimpanan dan menghitung beban pajak yang harus
dibayarkan para pebisnis. Setelah abad pertengahan, proses audit berkembang
menjadi pencatatan transaksi secara terpisah hingga pemeriksaan lengkap tiap
transaksi laporan keuangan. Selanjutnya, dengan ditemukannya komputer, tahun 1920
menjadi gerbang pembuka implementasi audit modern.
Munculnya
revolusi industri 4.0 digital mengakibatkan pergeseran kebutuhan auditor. Jika
sebelumnya laporan keuangan perlu dianalisis secara manual, kini kecerdasan
buatan dapat membantu auditor untuk menganalisis data lebih cepat dan akurat. Ini
karena kecerdasan buatan memanfaatkan pemrosesan big data dan alogaritma
untuk memahami pola berulang. Pemeriksaan tugas-tugas audit seputar verifikasi
data, pencocokan transaksi, dan pemeriksaan dokumen menjadi lebih cepat dan
optimal. Selain itu, risiko ketidaksesuaian dan kekeliruan dalam pemeriksaan
dapat lebih mudah dideteksi dengan penggunaan kecerdasan buatan. Kecepatan dan
keakuratan yang dimiliki kecerdasan buatan membuatnya dapat melakukan
otomatisasi pemeriksaan rutin yang akan mendeteksi anomali atau kecurangan
dengan cepat.
Selain
mengevaluasi laporan keuangan, proses audit juga mencakup kegiatan evaluasi
terhadap sistem hingga output dalam sebuah organisasi. Berkat basis
pengetahuan yang luas, kecerdasan buatan bahkan bisa memberikan wawasan
strategis hingga mengambil kesimpulan dan tindakan rencana keuangan berdasarkan
hasil analisis laporan keuangan.
Kecerdasan
buatan di bidang audit memberikan kemudahan kepada auditor dalam mengelola
laporan keuangan secara cepat dan akurat. Walaupun memberi banyak kemudahan,
fungsi analitik yang dimiliki kecerdasan buatan juga ikut membawa kekhawatiran
baru bagi para akuntan. Selain fungsinya yang tergantikan, kecerdasan buatan
menghadirkan pertimbangan etis dalam praktik audit.
Namun demikian,
penggunaan kecerdasan buatan tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran auditor
dalam menentukan kelengkapan data dan menilai kuat atau tidaknya pengendalian
internal suatu organisasi. Selain itu, kecerdasan buatan tidak dilengkapi
dengan kecerdasan spiritual dan emosional yang diperlukan dalam praktik audit.
Oleh karena itu, penting bagi para auditor untuk secara proaktif ikut serta
dalam mengembangkan panduan etika, regulasi, dan kebijakan dalam penggunaan
kecerdasan buatan di dunia audit.
Dalam konteks
integrasi dengan kecerdasan buatan, auditor dapat mengoptimalkan efisiensi
waktu dengan memanfaatkan algoritma dan analisis data yang cepat untuk
menyaring dan mengidentifikasi potensi ketidaksesuaian atau anomali dalam
laporan keuangan. Meskipun kecerdasan buatan dapat memberikan kontribusi
signifikan dalam mengelola data dalam jumlah besar, peran intelektual auditor
tetap tak tergantikan. Auditor memberikan nilai tambah melalui interpretasi
kontekstual, pemahaman mendalam terhadap organisasi, dan kemampuan untuk
melihat aspek non-finansial yang mungkin tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh
teknologi kecerdasan buatan.
Keputusan akhir dan judgement yang dibuat oleh auditor dibuat berdasarkan analisis, pengalaman, dan penilaian mendalam terhadap risiko-risiko yang mungkin mempengaruhi keberlanjutan organisasi. Sementara kecerdasan buatan menangani tugas-tugas rutin dan analisis data, auditor memiliki peran utama dalam memastikan integritas, kewajaran, dan keandalan informasi keuangan yang disajikan oleh organisasi kepada pemangku kepentingan. Kolaborasi antara kecerdasan buatan dan auditor ini akan menciptakan sinergi yang kuat untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas audit secara keseluruhan.